setelah
mengikuti mata kuliah ini, mahasiswa mampu memahami peranan Mekanisasi, kebutuhan
tenaga/peralatan, prinsip kerja,penggunaan/perawatanmotor bakar
sebagaipenggerak, alat tanam,pemeliharaan, panen , peralatan
pascapanen, alat pompaserta manajemen
operasional peralatan mekanisasi
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sistem Agribisnis pada Jeruk
Pamelo yang memungkinkan berkembangnya Agropolitan di Kabupaten Pangkep dan menemukenali
sarana dan prasarana agribisnis yang mampu mendorong pengembangan Agropolitan
di Kabupaten Pangkep. Penelitian ini dilaksanakan di wilayah yang menjadi
sentra pengembangan Jeruk Pamelo di Kabupaten Pangkep, meliputi Kecamatan
Labakkang dan Kecamatan Ma’rang.
Salah satu acuan yang dapat digunakan
untuk melihat potensi pengembangan komoditas dimasa datang, khususnya komoditas
pertanian, ditinjau dari segi potensi lahan.
Berdasarkan potensi yang dilihat pada luas komoditi yang diusahakan,
Jeruk Pamelo sebagai komoditi unggulan memiliki potensi kesesuaian lahan
optimal pada Kecamatan Ma’rang dan Labakkang.
Luas panen keduanya mencapai 88 % dari total yang ada di Kabupaten
Pangkep
Hirarki pusat pelayanan yang disajikan tersebut memberi gambaran bahwa
Kecamatan Labakkang dan Ma’rang dalam kedudukannya sebagai orde kedua memiliki
potensi pelayanan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan berkembangnya kegiatan
yang berkaitan dengan agropolitan, yang tentu saja sangat bergantung pada
keterkaitan spasial wilayah lainnya, meliputi pada kelembagaan ekonomi,
pemasaran serta aksesibilitas untuk berlangsungnya kegiatan ekonomi berdasarkan
saluran pemasaran yang ada.
Berdasarkan hasil kajian agribisnis, baik
ditinjau dari segi komoditi maupun kewilayahan (spasial), maka dapat
disimpulkan bahwa sistem Agribisnis Jeruk Pamelo dapat menunjang pengembangan
Agropolitan di Kabupaten Pangkep dengan penguatan di sektor teknologi dan
permodalan, dimana pengembangan Agropolitan membutuhkan hubungan
interkoneksitas dari lembaga permodalan, lembaga riset, industri pengolahan
serta penyediaan terminal induk agribisnis.
Kata Kunci : Agribisnis, Jeruk Pamelo, Agropolitan
Upaya untuk mengatasi kondisi kekurangan Phosfor (P) pada lahan penanaman
jagung umumnya dapat dilakukan dengan dua cara, yakni meningkatkan penggunaan P
melalui pemupukan atau penanaman tanaman terpilih dari varietas jagung yang
efisien penggunaan P. Pemakaian pupuk P dosis tinggi pada tanaman menyimpan
bahaya berupa meningkatnya aktivitas unsur logam berat, yang kemudian dapat
masuk ke produk tanaman. Sehingga cara lain
yang dapat ditempuh adalah meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk an
organik salah satunya dengan memanfaatkan varietas yang efisien P. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mendapatkan varietas jagung hibrida umur sedang
yang toleran terhadap phosfor rendah.
Pada penelitian ini dilakukan persilangan dengan metode dialil terhadap
galur-galur yang diharapkan dan dilanjutkan dengan evaluasi toleransi di
tingkat lapangan. Berdasarkan
keunggulan pertumbuhan vegetatif dan keunggulan hasil yang diperoleh terdapat
tiga genotip jagung hibrida berumur
sedang yang toleran terhadap phosfor rendah yakni B11209Mr1401, B11209Mr1403 dan G193Mr1403. Dosis
phosfor 15 kg per ha yang diberikan pada
beberapa genotip jagung hibrida mampu
mengimbangi bahkan lebih baik
pertumbuhannya dari tiga varietas pembanding yang terdiri dari DK 3,
DMI3 dan Bima 5. Untuk mendapatkan jagung
hibrida yang mempunyai daya adaptasi terhadap jenis tanah dan iklim yang luas
serta mampu meningkatkan hasil biji per satuan luas disarankan dilanjutkan uji
adaptasi pada lingkungan tumbuh yang berbeda sebelum akhirnya dilepas sebagai
calon varietas unggul baru.
Kata Kunci: Jagung
hibrida, umur sedang, toleran phosfor rendah
Perbanyakan kakao lindak selama ini dilakukan secara
generatif menggunakan benih. Perbanyakan secara generatif ini lebih mudah dan
sederhana, namun populasi tanaman yang dihasilkan bervariasi, baik dalam hal ukuran
buah, warna buah dan kemampuan berproduksi karena tanaman kakao pada umumnya
bersifat menyerbuk silang. Untuk mendapatkan keseragaman sifat dalam populasi
tanaman, dapat ditempuh dengan dengan perbanyakan secara vegetatif. Disamping
itu, dengan metode perbanyakan ini dapat dilakukan perbaikan tanaman, misalnya
peningkatan mutu biji kakao dengan memanfaatkan klon-klon unggul yang tersedia
untuk memperoleh ukuran biji besar dan kadar lemak tinggi.
Perbanyakan vegetatif pada kakao meliputi okulasi, sambung
pucuk, stek dan cangkokan. Di dalam praktek, okulasi merupakan cara perbanyakan
vegetatif yang lazim diterapkan.
Meskipun hemat dalam pemakaian entres (satu tanaman hanya memerlukan satu mata
entres saja), akan tetapi pertumbuhan tunas hasil okulasi pada awalnya lambat
dan tidak seragam karena mata entres sering mengalami dorminasi. Sehingga untuk
menghasilkan bibit klonal dari okulasi diperlukan waktu yang cukup lama yaitu
sekitar 9 bulan. Selain itu batang bawah maupun tunas baru hasil okulasi memerlukan
perawatan dan perlakuan intensif. Sambung pucuk merupakan metode alternatif
yang perlu dipertimbangkan penerapannya karena lebih efisien dalam pelaksanaan
maupun waktu.