Model
Pertumbuhan Neokalsik
Model Solow sebagai salah satu
model pertumbuhan ekonomi memberikan analisis statis bagaimana keterkaitan
antara akumulasi modal, pertumbuhan populasi penduduk, dan perkembangan
teknologi serta pengaruh ketiganya terhadap tingkat produksi output. Model ini
memberikan jawaban atas pertanyaan mengapa perekonomian di suatu negara bisa
tumbuh lebih cepat daripada pertumbuhan ekonomi di negara lain.
Teori yang dicetuskan oleh Robert
Solow tentang pertumbuhan ekonomi dimulai dengan melakukan asumsi dasar tentang
neoklasikal fungsi produksi dengan decreasing
returns to capital. Dimana rates of
saving dan pertumbuhan populasi adalah faktor yang eksogenous. Kedua
variabel itulah menentukan kondisi steady-state
level of income. Karena masing-masing negara memiliki kondisi saving rate dan pertumbuhan populasi
yang berbeda, maka berbeda pula tingkat steady
state di negara-negera tersebut. Semakin tinggi tingkat saving, semakin
kaya negara tersebut. Dan Semakin tinggi tingkat population growth, semakin
miskinlah negara tersebut.
Sebelum menganalisis lebih dalam,
kita perlu mengetahui asumsi-asumsi yang digunakan dalam model Solow sebagai
berikut a) Tingkat pertumbuhan angkatan kerja ditentukan secara eksogen, b) Fungsi produksi merupakan fungsi dari Modal
dan tenaga kerja, serta c) Investasi dan tabungan merupakan
bagian yang tetap dari output.
Constant return to scale
Asumsi pertama model neoklasik
adalah dengan menganggap tidak ada perubahan pada angkatan kerja dan teknologi
ketika terjadi proses akumulasi modal dalam perekonomian di suatu negara.
Proses akumulasi modal ini nantinya hanya ditentukan oleh penawaran dan
permintaan terhadap barang. Dalam model ini, output bergantung pada persediaan
modal dan jumlah tenaga kerja. Untuk
memudahkan analisis, kita nyatakan seluruh variabel dalam perekonomian per
tenaga kerja yang menunjukkan jumlah output per tenaga kerja sebagai fungsi
dari jumlah modal per tenaga kerja.
Pada setiap modal, fungsi tersebut
menunjukkan berapa banyak output yang diproduksi dalam perekonomian. Dari
fungsi produksi ini, jika kita derivasikan satu kali, akan diperoleh marginal product of capital (MPK) yang
didefinisikan sebagai seberapa banyak tambahan
output yang dihasilkan oleh seorang pekerja ketika mendapatkan satu unit
modal tambahan.
ketika nilai modal rendah,
rata-rata pekerja hanya memiliki sedikit modal untuk bekerja, sehingga satu
unit modal tambahan akan begitu berguna dan dapat memproduksi output tambahan
lebih banyak. Ketika nilai modal tinggi, rata-rata pekerja memiliki banyak
modal, sehingga satu unit tambahan modal hanya akan sedikit menghasilkan output
tambahan.
Investasi dan Komsumsi dalam
Keseimbangan
Peranan permintaan terhadap
barang dalam model neoklasik berasal dari konsumsi dan investasi. Dengan kata
lain, output per pekerja merupakan jumlah dari konsumsi per pekerja dan
investasi per pekerja. Dalam model neoklasik,
diasumsikan setiap tahun seseorang akan menabung sebagian dari pendapatan
mereka dengan nilai tetap dan mengkonsumsi sebesar selisih nilai pendapatan
dengan tabungan tersebut, yang merupakan bentuk fungsi konsumsi sederhana.
Untuk melihat pengaruh fungsi
konsumsi tersebut terhadap investasi, kita substitusikan asumsi di atas ke
dalam identitas perhitungan pendapatan nasional, sehingga diperoleh bahwa
tingkat investasi sama dengan tabungan. Jadi secara tidak langsung, tingkat
tabungan menunjukan seberapa besar bagian output yang dialokasikan untuk
investasi.
Seiring dengan terjadinya
pertumbuhan ekonomi, persediaan modal akan mengalami perubahan. Perubahan ini
dapat bersumber dari dua hal : investasi dan depresiasi. Investasi berupa
perluasan usaha dan penambahan modal, sedangkan depresiasi mengacu pada
penggunaan modal sehingga persediaan modal berkurang. persediaan modal yang
dimiliki dengan akumulasi modal baru.
Untuk memasukkan depresiasi ke dalam model, kita asumsikan bahwa sebagian dari
persediaan modal menyusut setiap tahun (tingkat depresiasi). Dengan demikian,
kita bisa menyatakan dampak investasi dan depresiasi terhadap persediaan modal
merupakan perubahan persediaan modal antara satu tahun tertentu ke tahun
berikutnya.
Dengan demikian semakin tinggi
persediaan modal, maka semakin besar jumlah output dan investasi. Namun,
semakin tinggi persediaan modal, maka semakin besar pula jumlah depresiasinya.
Ketika perekonomian berada di dalam kondisi tertentu, yakni pada saat jumlah
investasi sama dengan jumlah depresiasi, persediaan modal dalam perekonomian
dinyatakan dalam keseimbangan. Kondisi ini disebut steady state level of capital, dimana persediaan modal dan output berada dalam kondisi mapan
sepanjang waktu (tidak akan bertumbuh ataupun menyusut). Dari sini juga kita dapat mengetahui berapa
tingkat modal per pekerja pada kondisi steady
state. Kondisi steady state ini,
dengan kata lain, menunjukkan ekuilibrium perekonomian di jangka panjang.
Pengaruh
Tabungan Terhadap Pertumbuhan
Model neoklasik menunjukkan bahwa
tingkat tabungan adalah determinan penting dari persediaan modal pada kondisi steady-state. Dengan kata lain, jika
tingkat tabungan tinggi, maka perekonomian akan mempunyai persediaan modal yang
besar dan tingkat ouput yang tinggi, serta sebaliknya. Dasar dari model Solow inilah
yang kemudian banyak dikaitkan dengan kebijakan fiskal. Defisit anggaran yang
terjadi terus-menerus dapat mengurangi tabungan nasional dan menyusutkan
kemampuan berinvestasi. Konsekuensi dalam jangka panjang, yakni rendahnya
persediaan modal dan pendapatan nasional.
Dalam kaitannya dengan tingkat
pertumbuhan, menurut Solow, tingkat tabungan yang lebih tinggi hanya akan
meningkatkan pertumbuhan untuk sementara sampai perekonomian mencapai kondisi
steady-state baru yang lebih tinggi dari sebelumnya. Jika perekonomian
mempertahankan tingkat tabungan yang tinggi, maka hal itu hanya akan
mempertahankan persediaan modal yang besar dan tingkat output yang tinggi tanpa
mempertahankan tingkat pertumbuhan yang tinggi.
[Review, Chapter 24_Macroeconomic Theory and Policy, William Branson]