Rabu, 25 Januari 2012

MODEL PERTUMBUHAN NEOKLASIK DASAR


Model Pertumbuhan Neokalsik
Model Solow sebagai salah satu model pertumbuhan ekonomi memberikan analisis statis bagaimana keterkaitan antara akumulasi modal, pertumbuhan populasi penduduk, dan perkembangan teknologi serta pengaruh ketiganya terhadap tingkat produksi output. Model ini memberikan jawaban atas pertanyaan mengapa perekonomian di suatu negara bisa tumbuh lebih cepat daripada pertumbuhan ekonomi di negara lain.

Teori yang dicetuskan oleh Robert Solow tentang pertumbuhan ekonomi dimulai dengan melakukan asumsi dasar tentang neoklasikal fungsi produksi dengan decreasing returns to capital. Dimana rates of saving dan pertumbuhan populasi adalah faktor yang eksogenous. Kedua variabel itulah menentukan kondisi steady-state level of income. Karena masing-masing negara memiliki kondisi saving rate dan pertumbuhan populasi yang berbeda, maka berbeda pula tingkat steady state di negara-negera tersebut. Semakin tinggi tingkat saving, semakin kaya negara tersebut. Dan Semakin tinggi tingkat population growth, semakin miskinlah negara tersebut.

Sebelum menganalisis lebih dalam, kita perlu mengetahui asumsi-asumsi yang digunakan dalam model Solow sebagai berikut  a) Tingkat pertumbuhan angkatan kerja ditentukan secara eksogen, b) Fungsi produksi merupakan fungsi dari Modal dan tenaga kerja, serta c) Investasi dan tabungan merupakan bagian yang tetap dari output.

Constant return to scale
Asumsi pertama model neoklasik adalah dengan menganggap tidak ada perubahan pada angkatan kerja dan teknologi ketika terjadi proses akumulasi modal dalam perekonomian di suatu negara. Proses akumulasi modal ini nantinya hanya ditentukan oleh penawaran dan permintaan terhadap barang. Dalam model ini, output bergantung pada persediaan modal dan jumlah tenaga kerja.  Untuk memudahkan analisis, kita nyatakan seluruh variabel dalam perekonomian per tenaga kerja yang menunjukkan jumlah output per tenaga kerja sebagai fungsi dari jumlah modal per tenaga kerja.

Pada setiap modal, fungsi tersebut menunjukkan berapa banyak output yang diproduksi dalam perekonomian. Dari fungsi produksi ini, jika kita derivasikan satu kali, akan diperoleh marginal product of capital (MPK) yang didefinisikan sebagai seberapa banyak tambahan  output yang dihasilkan oleh seorang pekerja ketika mendapatkan satu unit modal tambahan.

ketika nilai modal rendah, rata-rata pekerja hanya memiliki sedikit modal untuk bekerja, sehingga satu unit modal tambahan akan begitu berguna dan dapat memproduksi output tambahan lebih banyak. Ketika nilai modal tinggi, rata-rata pekerja memiliki banyak modal, sehingga satu unit tambahan modal hanya akan sedikit menghasilkan output tambahan.

Investasi dan Komsumsi dalam Keseimbangan

 Peranan permintaan terhadap barang dalam model neoklasik berasal dari konsumsi dan investasi. Dengan kata lain, output per pekerja merupakan jumlah dari konsumsi per pekerja dan investasi per pekerja.  Dalam model neoklasik, diasumsikan setiap tahun seseorang akan menabung sebagian dari pendapatan mereka dengan nilai tetap dan mengkonsumsi sebesar selisih nilai pendapatan dengan tabungan tersebut, yang merupakan bentuk fungsi konsumsi sederhana.

Untuk melihat pengaruh fungsi konsumsi tersebut terhadap investasi, kita substitusikan asumsi di atas ke dalam identitas perhitungan pendapatan nasional, sehingga diperoleh bahwa tingkat investasi sama dengan tabungan. Jadi secara tidak langsung, tingkat tabungan menunjukan seberapa besar bagian output yang dialokasikan untuk investasi.

Seiring dengan terjadinya pertumbuhan ekonomi, persediaan modal akan mengalami perubahan. Perubahan ini dapat bersumber dari dua hal : investasi dan depresiasi. Investasi berupa perluasan usaha dan penambahan modal, sedangkan depresiasi mengacu pada penggunaan modal sehingga persediaan modal berkurang. persediaan modal yang dimiliki dengan akumulasi modal  baru. Untuk memasukkan depresiasi ke dalam model, kita asumsikan bahwa sebagian dari persediaan modal menyusut setiap tahun (tingkat depresiasi). Dengan demikian, kita bisa menyatakan dampak investasi dan depresiasi terhadap persediaan modal merupakan perubahan persediaan modal antara satu tahun tertentu ke tahun berikutnya.

Dengan demikian semakin tinggi persediaan modal, maka semakin besar jumlah output dan investasi. Namun, semakin tinggi persediaan modal, maka semakin besar pula jumlah depresiasinya. Ketika perekonomian berada di dalam kondisi tertentu, yakni pada saat jumlah investasi sama dengan jumlah depresiasi, persediaan modal dalam perekonomian dinyatakan dalam keseimbangan. Kondisi ini disebut steady state level of capital, dimana persediaan modal  dan output berada dalam kondisi mapan sepanjang waktu (tidak akan bertumbuh ataupun menyusut). Dari  sini juga kita dapat mengetahui berapa tingkat modal per pekerja pada kondisi steady state. Kondisi steady state ini, dengan kata lain, menunjukkan ekuilibrium perekonomian di jangka panjang.

Pengaruh Tabungan Terhadap Pertumbuhan

Model neoklasik menunjukkan bahwa tingkat tabungan adalah determinan penting dari persediaan modal pada kondisi steady-state. Dengan kata lain, jika tingkat tabungan tinggi, maka perekonomian akan mempunyai persediaan modal yang besar dan tingkat ouput yang tinggi, serta sebaliknya. Dasar dari model Solow inilah yang kemudian banyak dikaitkan dengan kebijakan fiskal. Defisit anggaran yang terjadi terus-menerus dapat mengurangi tabungan nasional dan menyusutkan kemampuan berinvestasi. Konsekuensi dalam jangka panjang, yakni rendahnya persediaan modal dan pendapatan nasional.

Dalam kaitannya dengan tingkat pertumbuhan, menurut Solow, tingkat tabungan yang lebih tinggi hanya akan meningkatkan pertumbuhan untuk sementara sampai perekonomian mencapai kondisi steady-state baru yang lebih tinggi dari sebelumnya. Jika perekonomian mempertahankan tingkat tabungan yang tinggi, maka hal itu hanya akan mempertahankan persediaan modal yang besar dan tingkat output yang tinggi tanpa mempertahankan tingkat pertumbuhan yang tinggi.

[Review, Chapter 24_Macroeconomic Theory and Policy, William Branson]



Kamis, 19 Januari 2012

PENGANTAR MODEL-MODEL PERTUMBUHAN


Stylized Facts Pertumbuhan

Istilah "stylized facts" diperkenalkan oleh Nicholas Kaldor  pada tahun 1958, mengacu pada kebijakan jangka panjang yang kebanyakan berlaku pada negara industri. Kaldor berpendapat bahwa konstruksi teori harus dimulai dengan merangkum fakta yang relevan (fakta harus dijelaskan). Dalam setiap penilaian kemajuan, seperti dalam setiap analisis variabel makroekonomi, sebuah Perspektif jangka panjang membantu kita melihat masa lalu yang berfluktuasi jangka pendek sebagai dasar terbentuknya trend.

Nicholas Kaldor merangkum sifat statistik pertumbuhan ekonomi jangka-panjang di Amerika Serikat dari sejak perang dunia II.  Hasil penelitian tersebut dapat diringkas sebagai berikut:
1.         Output per pekerja tumbuh dengan laju yang lebih kurang konstan yang tidak berkurang dari waktu ke waktu.
2.         Modal per pekerja tumbuh dari waktu ke waktu.
3.         Modal / rasio output kira-kira konstan.
4.         Tingkat pengembalian modal adalah konstan.
5.         Bagian modal dan tenaga kerja dalam laba bersih hampir konstan.
6.         Upah Riil tumbuh dari waktu ke waktu. 
Tingkat pertumbuhan jam kerja yang tersedia dalam angkatan kerja fairly steady, secara garis besar konstan. Tingkat pertumbuhan capital stock fairly steady dan lebih besar dari pada tingkat pertumbuhan angkatan kerja. Jadi rasio capital-tenaga kerja, k, naik sejalan dengan waktu. Sedangkan Profit rate kurang lebih konstan dalam jangka panjang,  dengan menkombinasikan dengan rasio output kapital  yang konstan menghasilkan distribusi relatif dari output untuk upah dan profit yang konstan dalam jangka panjang.


Asumsi Dasar Model Pertumbuhan Satu Sektor


1.       Penawaran tenaga kerja (biasanya ditentukan secara exogenous) yang tumbuh pada tingkat pertumbuhan angkatan kerja efektif.
2.       Fungsi produksi yang mengkonversi tenaga kerja dan capital input menjadi output.
3.       Hubungan saving dan investment yang menentukan seberapa banyak output sekarang yang akan ditabung dan diinvestasikan untuk menambah capital stock.
  
Kondisi Harrod-Domar Pada Pertumbuhan Keseimbangan

Teori ini dikembangkan oleh Sir Roy F. Harrod dan Evsey Domar. Teori ini merupakan perkembangan dari teori Keynes. Dengan dasar pemikiran bahwa analisis yang dilakukan oleh Keynes dianggap kurang lengkap karena tidak membicarakan masalah-masalah ekonomi jangka panjang, Harrod-Domar mencoba untuk menganalisis syarat-syarat yang diperlukan agar perekonomian dapat tumbuh dan berkembang dalam jangka panjang dengan mantap (steady growth).

Ada beberapa asumsi yang digunakan. Asumsi-asumsi tersebut antara lain:                 


a.       Perekonomian dalam keadaan seluruh barang modal dan tenaga kerja telah seluruhnya digunakan (full employment).

b.       Perekonomian hanya terdiri dari dua sektor yaitu rumah tangga dan perusahaan. Tidak ada government dan perdagangan internasional.

c.        Besarnya Private Saving proporsional dengan National Income.

d.       Marginal Propensity to save (MPS), Capital-output ratio (COR) dan incremental capital-output ratio (ICOR) dianggap konstan/tetap.

Untuk menjaga full employment of capital pada model ini, output harus tumbuh pada tingkat pertumbuhan investasi. Tingkat pertumbuhan ini yang akan menyebabkan investor ‘expectation to be realized’ atau Harrod menyebutnya ‘dijamin’. Jadi pertumbuhan investasi memberikan jaminan tingkat pertumbuhan terjaga full employment of capital stock.

Untuk menjaga full employment angkatan kerja  harus tumbuh pada tingkat yang sama dengan input tenaga kerja efektif, sehingga : Tingkat pertumbuhan angkatan kerja efektif ditambah tingkat pertumbuhan rata-rata produktivitas tenaga kerja yang sering disebut natural rate menurut Harrod.

Harrod-Domar mempersyaratkan bahwa untuk modal yang fully employed, output harus tumbuh pada tingkat dijamin. Tetapi untuk tenaga kerja yang fully employed dalam hal ini produktivitasnya tumbuh, output harus tumbuh pada tingkat natural.

[Review, Chapter 23_Macroeconomic Theory and Policy, William Branson]

Jumat, 13 Januari 2012

TREND PERTUMBUHAN DALAM MODEL STATIS


Asumsi Trend Pertumbuhan

Pendapatan nasional potensial adalah pendapatan nasional yang dapat dicapai suatu negara pada tingkat penggunaan tenaga kerja penuh (full-employment), sementara pendapatan nasional aktual adalah pendapatan nasional yang dapat dicapai suatu perekonomian pada kondisi aktual yang ada. Hubungan keduanya menggambarkan trend pertumbuhan tenaga kerja dan produktivitas.
Pada saat ekonomi tumbuh sepanjang alur trend full-unemployment, variabel kebijakan fiskal dan moneter pemerintah akan bergerak untuk menetralkan perubahan dalam private demand. Untuk menemukan trend  yang diperlukan dalam variabel kebijakan ini, maka kita asumsikan pertumbuhan ekonomi mendekati  tingkat pengangguran pada level rata-rata yang diberikan, mungkin 6 persen, yang ditetapkan sebagai full-employment.
Penjelasan trend kebijakan fiskal dan moneter dalam kondisi full-employment  didasarkan pada asumsi-asumsi yang lebih mendalam berkaitan   a) suku bunga tanpa kecendrungan, yang berfluktuasi pada beberapa tingkatan rata-rata, b) tingkat pertumbuhan tenaga kerja dan modal pada output secara umum konstan.c) rasio modal-output diperkirakan konstan, dan d) perbandingan antara modal dan tenaga kerja di dalam output diperkirakan konstan.
Trend Pertumbuhan Output dan Harga

Tingkat pertumbuhan output potensial dapat diperoleh dengan menilai tingkat pertumbuhan tenaga kerja dan produktivitas. Sementara tingkat pertumbuhan harga terkait dengan tingkat upah yang diberikan. Supaya tidak terjadi inflasi tingkat pertumbuhan upah mesti sama dengan tingkat produktivitas tenaga kerja, artinya jika inflasi tidak terjadi, tingkat pertumbuhan upah akan mempresentasikan pertumbuhan produktivitas.

Penambahan tingkat pertumbuhan output riil pada tingkat pertumbuhan harga, mendapatkan tingkat trend pertumbuhan GNP nominal. Tingkat pertumbuhan GNP nominal akan menjadi tingkat pertumbuhan  agregate tenaga kerja, dan  nilai uang gaji, yang secara sederhana menunjukkan pertumbuhan produktivitas ditambah tingkat kenaikan harga. 

Trend Pertumbuhan Money Supply

Pertumbuhan dimulai pada sisi permintaan dengan menemukan tingkat trend pertumbuhan supply uang yang dapat menahan suku bunga tetap konstan sepanjang trend  pertumbuhan pendapatan dan harga.  Kemudian kita dapat menentukan pergerakan variabel kebijakan fiskal pemerintah yang akan mempertahankan pasar barang dalam kondisi equilibrium. Hasil ini kemudian dimodifikasi dengan mengasumsikan bahwa suku bunga tidak konstan mendekati trend, yang merubah alur kebijakan fiskal yang akan mempertahankan equilibrium pasar barang.

Pertumbuhan pendapatan nominal, meningkatkan permintaan uang. Untuk menahan suku bunga yang konstan,  supply uang harus tumbuh pada tingkat yang sama seperti pendapatan nominal mendekati trend. Jadi, jika suku bunga konstan mendekati trend, pertumbuhan trend dalam supply uang juga harus meningkat.
Jika pendapatan nominal tumbuh sebesar 5% atau menghampiri trend, panawaran uang juga harus tumbuh sekitar 5% dengan menyatukan elastisitas permintaan pendapatan uang, hal ini untuk menjaga pasar uang dalam equilibrium. Perilaku dari supply uang ini akan selalu menahan kecepatan pertumbuhan pendapatan terhadap supply uang yang tetap karena pertumbuhan ekonomi mendekati trend.


Tingkat pertumbuhan output dan tingkat harga yang mendekati alur  GNP potensial, dapat diinterpretasikan sebagai kondisi pertumbuhan eqilibrium supply. Karena memberikan tingkat pertumbuhan produktivitas dan tenaga kerja, pertumbuhan output akan mempertahankan tingkat pengangguran dan pekerjaan tetap konstan. Tingkat pengangguran yang diasumsikan kemudian disesuaikan dengan nilai peningkatan pendapatan  pada tingkat dimana  penambahan tenaga kerja bertambah.
[Review, Chapter 22_Macroeconomic Theory and Policy, William Branson]

Sabtu, 07 Januari 2012

PENGANTAR DINAMIKA PENYESUAIAN STOCK


Pembiayaan Defisit Anggaran
Secara akuntansi anggaran pemerintah terlihat bahwa penerimaan akan sama dengan pengeluaran, sehingga anggaran akan selalu terlihat dalam kondisi yang seimbang. Anggaran belanja pemerintah pada prinsipnya tidak selalu dalam keadaan seimbang, ada kalanya surplus dan ada kalanya defisit. Terjadinya defisit atau surplus anggaran ditandai dengan item penyeimbang baik dalam penerimaan maupun pengeluaran, sehingga akan terlihat terjadinya ketidakseimbangan antara pengeluaran dan penerimaan.
Besaran penerimaan pajak dan pengeluaran pemerintah, adalah variabel yang akan menentukan besarnya defisit anggaran. Pada kondisi defisit anggaran, tentunya pemerintah membutuhkan persediaan (stock) uang untuk membiayai  defisit anggaran tersebut. Guna memperoleh persediaan uang, pemerintah (melalui Departemen Keuangan) akan menjual surat-surat berharga (surat-surat hutang; obligasi, tresury bill, dan lainnya) kepada Bank Sentral, dan diperoleh sejumlah persediaan uang primer tertentu yang diinginkan. Perubahan nilai uang beredar harus sama dengan nominal defisitnya, yang merupakan defisit yang stabil.
Pengeluaran pemerintah berpengaruh positif terhadap jumlah uang beredar, pengeluaran pemerintah mencakup; a) Pembelian barang/jasa, b) Gaji pegawai, dan c) transfer payment. Selain itu semua pos pada sisi pengeluaran tersebut memerlukan dana untuk melaksanakannya. Sisi penerimaan menunjukkan dari mana dana yang diperlukan tersebut diperoleh. Sumber utama untuk memperoleh dana tersebut, meliputi : a) Pajak berbagai macam, b) Pinjaman dari bank sentral, c) Pinjaman dari masyarakat dalam negeri, d) Pinjaman dari luar negeri. Selanjutnya, dari pos-pos anggaran tersebut akan terlihat dampak kebijakan fiskal untuk perekonomian nasional.
Dampak Kebijaksanaan Fiskal
Bila berbicara tentang kebijakan fiskal selalu dikaitkan dengan kepentingan pemerintah melalui hak penerimaan pajak, pengeluaran pemerintah, dan pinjaman pemerintah yang bertujuan untuk menciptakan lapangan pekerjaan, pengendalian harga, dan menjaga pertumbuhan ekonomi agar tetap positif. Dalam implementasinya kebijakan fiskal dilakukan saat pemerintah menjalankan penyesuaian (adjusment) antara penerimaan pajak (tax reveue) dengan penciptaan lapangan kerja, harga (inflasi), dan tingkat pertumbuhan ekonomi.
Kendala anggaran pemerintah menyatakan apabila pengeluaran pemerintah tidak mengalami perubahan maka tingkat pajak yang rendah sekarang akan diimbangi oleh kenaikan tingkat pajak di kemudian hari.
Pembiayaan defisit anggaran dengan memotong pajak sekarang akan mempengaruhi beban pajak di kemudian hari, tetapi tidak dalam nilai sekarang sehingga pemotongan pajak tidak akan mengubah permanent income atau konsumsi.

Setiap pembiayaan defisit anggaran dengan penerbitan obligasi Negara akan diimbangi oleh kenaikan pajak di masa mendatang. Kenaikan tingkat pajak tidak perlu membuat masyarakat takut terhadap kemakmurannya (wealth) karena kenaikan pajak pada periode mendatang akan diantisipasi dengan meningkatkan tabungan sekarang dan mengurangi konsumsi sekarang. Implikasinya, individu tidak menggunakan semua kekayaannya (pendapatannya) untuk meningkatkan konsumsinya karena penerbitan obligasi Negara. Individu akan menyimpan seluruhnya untuk mengantisipasi kenaikan beban pajak di kemudian hari sehingga hal itu tidak akan menaikkan permintaan terhadap barang dan jasa.

Pengelolaan Aset

Defisit yang dibiayai dari penjualan obligasi menyebabkan pasar barang dan uang tidak mengalami pergerakan, sehingga untuk pembiayaan obligasi dari suatu ketidakseimbangan anggaran dibutuhkan aset.  Aset (kekayaan) perlu diperbesar untuk mendorong komsumsi. Pada prinsipnyanya simpanan pada Bank Central dan obligasi pemerintah yang ada pada masyarakat dapat digunakan untuk menutupi defisit pemerintah. Peningkatan aset akan meningkatkan komsumsi, sementara obligasi yang tinggi meningkatkan pendapatan nasional. Sehingga aset meningkatkan obligasi.
[Review : Chapter 21_Macroeconomic Theory And Policy , William H. Branson]