Selepas
magrib, suasana gerai makanan siap saji (KFC) di Rabam Kota Kendari semakin
ramai. Aktivitas makan saya baru saja dimulai ketika perhatian saya mulai
tercuri pada aktivitas sesosok wanita di depan saya. Seorang wanita paruh baya dengan
dua anak kecil perempuan menemaninya.
Putri kecilnya yg kira-kira belum dua tahun diturunkan dari dekapannya dan
ditempatkan di kursi khusus yang memang disiapkan di gerai siap saji itu.
Sementara anak perempuan yang lebih tua,
kira-kira berusia empat tahun telah
duduk manis dengan melipat tangan di atas meja. Sang ibu kemudian bergerak
cepat memindahkan piring dan bekas makanan yang masih tersisa di atas meja
setelah ditinggal pengunjung sebelumnya, disisakannya beberapa cup ice-cream (es krim) yang tinggal separuh
(sisa). Sejurus kemudian es krim itu digabungkan dalam satu cup. Lalu dengan
lembut sang ibu menyuapi anak yang lebih tua, berpindah ke anaknya yang kecil
terus dia sendiri...hingga cup itu betul-betul kosong. Episode berikutnya wanita itu bergerak ke
kasir, memesan makanan dan kembali lagi dengan satu paket makanan siap saji,
piring berisi satu nasi dan satu paha ayam goreng di tambah segelas minuman
bersoda. Proses makan pun berlanjut sebagaimana gerakan pembagian es krim tadi,
si ibu menyuapi anaknya bergantian dan sesekali menyuapi dirinya.
Fokus
saya tidak berubah, saya terbius tontonan menakjubkan yang tidak biasa...wanita
di depan saya nampak bersayap, sayap bernama ketulusan dan cinta sekaligus... hingga
beberapa waktu berlalu. Tiba-tiba batin saya terusik...saya terus meyakinkan
diri saya bahwa wanita di depan saya ini memang pernah bertemu...tapi dimana ?
... pelan-pelan kemudian saya mulai mengurai ingatan tentang sang ibu. Ya
benar,.. saya membatin..bahkan tadi pagi saya masih bertemu ibu ini, ...
Tadi
pagi wanita ini sejenak mengusik
pekerjaan saya, entah sudah berapa kali ia hadir di ruang tempat saya bekerja - sebagai tenaga konsultan perencanaan wilayah
sementara waktu. Di salah satu ruangan Kantor Dinas PU Sultra di Jl. Ahmad
Yani, wanita ini biasa datang tiba-tiba mengetuk pintu, terus hanya dengan
menganggukkan kepalanya ia akan membersihkan meja para staf yang justru
biasanya telah bersih, mengambil keranjang sampah di sudut ruangan terus
membawanya ke penampungan sampah di luar ruangan. Dan saat semuanya selesai sang ibu akan
meminta keihklasan orang yang ada di dalam ruangan berupa imbalan rupiah ala
kadarnya, jadi sejatinya sang ibu mencoba
meminta sedekah dengan cara berbeda.
Terlepas
dari cara yang ditempuh, kehadiran
wanita ‘pembersih’ dengan kedua buah hatinya di gerai makanan siap saji ini, laksana
menghukum batin saya yang sempat menggugat kehadirannya ditempat ini. Kuteguhkan hati untuk menyakini bahwa wanita
ini memang seorang ibu, yang ketika tadi pagi saat berkeliling mengais
rejekinya entah menitipkan anaknya dimana.
Saya juga tidak tahu doa apa yang dipanjatkannya ketika mengawali hari,
faktanya ia telah menuntaskan kerjanya hari ini hingga bersyukur dengan berbagi
kenikmatan makanan di tempat yang mungkin mereka telah niatkan tadi pagi. Usahanya
mengumpulkan rupiah demi rupiah tentu tak terukur waktu, entah berapa banyak
kantor yang telah didatangi dan berapa pintu yang telah diketuk, rasanya
tujuannya hanya satu, ingin berakhir dengan suapan kenikmatan bagi sang buah
hati.
Menyaksikan kenyataan bahwa wanita
ini terpaksa mengumpulkan sisa makanan pengunjung lain dan hanya memesan seporsi makanan untuk mereka bertiga, tergerak
juga hati saya untuk memesan makanan tambahan. Saya teringat kisah Aisyah RA, putri Abu Bakar ash-Shiddiq, istri Rasulullah SAW yang membagikan kurma pada
pengemis perempuan dan dua anaknya, kasih sayang yang ditunjukkan sang ibu di
depan saya cukuplah menunjukkan kemulian yang sama pada kisah putri Rasulullah
SAW. Boleh jadi juga kehadiran mereka memang untuk mengaduk-aduk nurani saya,
menguji kepedulian dan empati saya. Segera saya tuntaskan makan bergerak menuju
westafel untuk membersihkan tangan,
tapi ketika berbalik sang ibu dan
anaknya ternyata sudah meninggalkan
tempat, saya berusaha mengejar, tapi langkah wanita itu ternyata cukup tergesa
menuruni tangga dan langsung menyetop angkutan umum. Ibu dan anak itupun pergi
entah kemana, tenggelam mengikuti pijar
lampu jalan Kota Kendari, mungkin dia akan memeluk malam atas berkah yang diterimanya
hari ini.
Tinggallah
saya yang kemudian berdiri di depan Supermaket Rabam yang tetap saja ramai. Saya menghibur diri
dengan menyimpan asa bahwa besok saya akan bertemu dengan wanita itu lagi
secepat pagi menyongsong. Bukan kah wanita itu akan kembali dengan harapan yang
sama dengan hari ini, dan tentunya salah satu pintu yang akan diketuknya esok
adalah tempat dimana saya akan menyambutnya dengan senyum dan tentu saja dengan
sedekah yang akan saya siapkan....tapi uupssh !!!! bukankah justru besok
selepas subuh saya sudah mesti 'terbang' kembali ke Makassar......
[Sebuah
perenungan di peringatan Hari Kartini ...........]