Modul-modul Manajemen Perkebunan ini disusun dalam rangka
membantu kegiatan belajar mahasiswa pada
Jurusan Budidaya Tanaman Perkebunan, Politeknik Pertanian Negeri Pangkep. Dengan harapan dapat mempermudah penyajian
materi dan membantu mahasiswa dalam proses belajar.
Penggunaan bahan tanam unggul harus
diikuti dengan usaha pengenalan klonnya. Pengenalan klon diperlukan untuk
kegiatan pemurnian klon pada suatu populasi tanaman kakao, baik dipembibitan,
di kebun entres, maupun di lapangan.
Bagi kalangan praktek biasanya merasa kesulitan untuk membedakan suatu klon
dengan klon lainnya pada suatu areal populasi kakao. Untuk mengenal klon suatu
tanaman seseorang harus mengetahui deskripsi yang jelas tentang ciri-ciri klon
tersebut.
Pengenalan ciri-ciri klon kakao
dilakukan dengan jalan mempelajari ciri-ciri morfologi tanamannya. Sifat
morfologi tanaman dipengaruhi oleh factor lingkungan dan interaksi gen
dominan-resesif. Analisis kemiripan morfologi dapat dilakukan dengan sifat
bagian vegetatif maupun generatif). Untuk mengenal ciri-ciri klon kakao
diperlukan daya ingat yang baik dan latihan pengenalan teratur. Dengan latihan
yang teratur akan diperoleh kunci-kunci untuk mengenal suatu klon, yang
nantinya dapat digunakan untuk membedakan suatu klon dengan klon lainnya.
Tulisan ini merupakan pedoman
singkat untuk mengenal suatu klon. Dengan pedoman singkat ini diharapkan dapat
lebih dipahami cara mengenal suatu klon dengan cepat dan tepat.
DESKRIPSI DAN
DIAGNOSIS KLON KAKAO
Pengenalan ciri suatu klon
dilakukan menurut kebutuhannya. Berbeda untuk keperluan penelitian, yang
pengenalan cirinya harus dilakukan secara lengkap dengan tujuan memperoleh
suatu deskripsi, untuk keperluan praktek, misalnya untuk keperluan pemurnian,
karakter yang diamati tidak harus lengkap. Untuk membedakan suatu klon dengan
klon yang lainnya secara benar dan pasti, kalangan praktek cukup
mencatat/mengingat beberapa sifat tertentu saja yang paling menonjol.
Tujuan utama dari kebijakan ekonomi makro adalah untuk memecahkan masalah inflasi sebagai penyebab terjadinya ketidakstabilan harga dan untuk memecahkan masalah pengangguran. Jadi kebijakan ekonomi makro harus dapat mencapai sasarannya, yaitu menciptakan stabilitas harga dan dalam waktu bersamaan menciptakan kesempatan kerja.
Di pasar tenaga kerja, penurunan tingkat upah akan menyebabkan meningkatkan pengangguran karena adanya kelebihan penawaran tenaga kerja. Sebaliknya, tingkat upah akan naik jika terjadi kelebihan permintaan tenaga kerja atau jumlah pengangguran meningkat dan jumlah pencarian kerja bertambah, maka tingkat upah akan turun. Demikian pula tenaga kerja akan meningkat.
Kurva Phillips menggambarkan ciri perhubungan diantara tingkat kenaikan upah dengan tingkat pengangguran, atau di antara tingkat harga dengan tingkat pengangguran. Nama kurva tersebut diambil dari orang yang mula-mula sekali membuat studi dalam aspek tersebut. Dalam tahun 1958 A.W. Phillips, yang pada waktu itu menjadi Profesor di London School of Economics, menerbitkan satu studi mengenai ciri-ciri perubahan tingkat upah di Inggris. Studi tersebut meneliti sifat hubungan diantara tingkat pengangguran dan kenaikan tingkat upah. Kesimpulan dari studi tersebut adalah : terdapat suatu sifat hubungan yang negatif (berbalikan) diantara kenaikan tingkat upah dengan tingkat pengangguran. Pada ketika tingkat pengangguran tinggi, persentasi kenaikan tingkat upah adalah rendah dan apabila tingkat pengangguran rendah, persentasi kenaikan tingkat upah adalah tinggi.
Pasar tenaga kerja didasarkan atas dua asumsi sebagai berikut :
a)Penawaran dan permintaan tenaga kerja akan menentukan tingkat upah.
b)Perubahan tingkat upah ditentukan oleh besarnya kelebihan permintaan tenaga kerja yang disebut Excess Demand.
Kurva Phillips Jangka Panjang
Pada awal analisis kurva Phillips dijelaskan bahwa terdapat trade off antara inflasi dan pengangguran, yaitu kenaikan tingkat inflasi akan diikuti dengan penurunan tingkat pengangguran. Namun kenyataannya di AS selama periode tertentu menunjukkan bahwa kenaikan tingkat inflasi diikuti oleh kenaikan tingkat pengangguran. Jadi berarti tidak terdapat trade off .
Pergeseran kurva Phillips pertama kali terjadi pada awal tahun 1976 dan kemudian terjadi lagi pada periode tahun 1973-1975 sebagian dampak embargo minyak Arab terhadap Negara-negara industri yang berpihak pada Israel dalam perang Timur Tengah. Banyak industri mengalami kebangkrutan karena dilanda resesi ekonomi dunia yang sangat parah. Pergeseran kurva Phillips berakhir pada periode tahunan 1979-1982. selama kurun waktu tersebut terjadi kenaikan pengangguran dengan bentuk pergeseran kurva Phillips yang berbeda-beda.
Pergeseran kurva Phillip dapat dijelaskan melalui beberapa tahapan berikut;
Pada periode awal, pengangguran berada pada tingkat normal, tidak terdapat permintaan atau penawaran yang mencolok, selanjutnya pada periode kedua peningkatan yang cepat pada output selama ekspansi ekonomi menurunkan tingkat pengangguran. Seiring menurunnya pengangguran, perusahaan cenderung merekrut pekerja lebih banyak lagi, memberikan peningkatan upah yang lebih besar dari biasanya. Saat output melebihi potensinya, utilitas kapasitas meningkat dan penggelembungan dana meningkat, upah dan harga mulai naik. Pada periode ketiga, dengan naiknya inflasi maka perusahaan dan pekerja akan mengharapkan inflasi yang lebih tinggi. Harapan inflasi yang lebih tinggi tampak dalam keputusan upah dan harga. Tingkat ekspektasi inflasi lalu meningkat. Tingkat ekspektasi inflasi meningkat diatas kurva phillip awal yang menunjukkan tingkat ekspektasi inflasi yang lebih tinggi.
NAIRU dan Dinamika Inflasi
Kurva Phillips menunjukkan hubungan antara inflasi dengan pengangguran. Dalam jangka pendek, penurunan satu tingkat berarti menaikkan yang lainnya. Tetapi kurva Phillips jangka pendek cenderung bergeser terus selama inflasi yang diharapkan dan faktor lainnya berubah. Apabila pembuat kebijakan bermaksud menjaga pengangguran di bawah NAIRU – the nonaccelerating inflation rate of unemployment - , inflasi akan cenderung naik.
Teori inflasi modern berpijak pada konsep NAIRU, yaitu tingkat pengangguran terendah yang dapat dinikmati tanpa resiko kenaikan inflasi. Hal ini mewakili tingkat pengangguran dari sumber daya dimana pekerja dan produk pasar berada dalam keseimbangan inflasi. Berdasarkan teori NAIRU, tidak ada pertukaran permanen antara pengangguran dan inflasi, dan kurva Phillips jangka panjang adalah vertikal. [Review Bab 20. Macroeconomic Theory and Policy, William Branson]