Senin, 17 Oktober 2011

Kelembagaan Lahan dan Tenaga Kerja Pada Usahatani Tanaman Pangan di Kabupaten Gunung Kidul


Oleh:
Suwarto
 
INTISARI

Penelitian bertujuan mengetahui: (1) pengaruh kelembagaan lahan dan tenaga kerja terhadap penggunaan tenaga kerja luar keluarga dalam usahatani, (2) pengaruh kelembagaan lahan dan tenaga kerja terhadap produktivitas lahan, biaya produksi usahatani, pendapatan usahatani, dan konsumsi rumah tangga tani, (3) distribusi penguasaan lahan dan pendapatan usahatani, dan (4) kontribusi pendapatan usahatani.

Penelitian dilaksanakan secara survai di Kabupaten Gunung Kidul zona selatan yang diharapkam memberikan banyak informasi mengenai variasi kelembagaan lahan dan tenaga kerja pada usahatani. Analisis data menggunakan tabulasi silang, regresi, anova, uji t, dan Gini ratio.

kelembagaan tenaga kerja, dan kemudahan mengakses pekerjaan luar usahatani kontribusi yang berlahan sempit. Kontribusi pendapatan usahatani yangHasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan tenaga kerja luar keluarga petani pemilik penggarap dan penyewa lahan lungguh, kas desa, dan milik perseorangan (LKP) lebih besar dari penggunaan tenaga kerja tersebut oleh para petani pada kelembagaan lainnya. Luas penguasaan lahan, keanggotaan dalam meningkatkan penggunaan tenaga kerja luar keluarga dalam usahatani. Penggunaan tenaga kerja luar keluarga meningkatkan biaya produksi, dan menurunkan pendapatan usahatani tanaman pangan. Biaya produksi tanaman pangan petani penyewa LKP lebih tinggi dari biaya tersebut pada petani dalam kelembagaan lahan lainnya. Sejalan dengan itu, pendapatan tanaman pangan para LKP lebih rendah dari pendapatan tersebut pada petani dalam kelembagaan lahan lainnya. Pendapatan rumah tangga petani pemilik penggarap lebih besar dari pendapatan rumah tangga petani penyewa HB. Pendapatan rumah tangga petani yang menggunakan tenaga kerja upahan dan arisan lebih besar dari pendapatan rumah tangga petani yang menggunakan tenaga kerja sambatan dan yang mengerjakan sendiri usahataninya. Total konsumsi rumah tangga penyewa LKP dan peminjam lahan kehutanan lebih rendah dari tingkat konsumsi para petani pada kelembagaan lahan lainnya. Pendapatan rumah tangga, nilai aset, dan jumlah anggota keluarga yang bekerja meningkatkan konsumsi rumah tangga. Distribusi pendapatan usahatani merata selaras dengan distribusi penguasaan lahan, dan distribusi pendapatan luar usahatani pada kemerataan sedang. Kontribusi pendapatan usahatani petani pemilik penggarap dan penyewa lahan HB lebih besar dari kontribusi usahatani petani penyewa LKP dan peminjam lahan kehutanan. Kontribusi pendapatan usahatani petani yang menguasai lahan luas lebih besar dari menggunakan tenaga kerja sambatan lebih besar dari kontribusi pendapatan usahatani petani yang menggunakan tenaga kerja lainnya. Kontribusi pendapatan usahatani yang jauh dari kota lebih besar dari kontribusi usahatani petani yang dekat dengan kota

Tidak ada komentar: